Pegawai Negeri Gemah Ripah

BELAKANGAN ini Dayu Permata, 54 tahun, sering terganggu dan
termalu-malu. Rumahnya di Jalan Cempaka Nomor 7, Rawabadak, Jakarta
Utara, kerap di sambangi pemburu berita. Mereka mencari menantu Dayu.
Gayus Halomoan Tambunan namanya. Anak ini ramai dibicarakan terlibat
kasus kepemilikan rekening Rp 28 miliar.

"Seharusnya Ibu menikmati masa menjelang pensiun," kata adik ipar
Gayus, Raditya Wibisana, Kamis pekan lalu. Mengenai Gayus, "Dia punya
tiga anak dan sayang sekali kepada anakanaknya," ujar Raditya.

Mungkin kepemilikan itu tidak akan jadi perkara jika Gayus tetap
menyimpannya di kamar, dalam bentuk dolar Amerika. Karena tergiur fl
uktuasi bunga bank, Gayus memindahkan uangnya ke Bank Panin dan BCA.
Jejak kepemilikan uang itu akhirnya tercatat dan dinilai janggal oleh
kepolisian.

Soalnya, Gayus cuma pegawai negeri sipil golongan IIIa di Direktorat
Keberatan dan Banding Direktorat Jenderal Pajak, dengan gaji tak lebih
dari Rp 12 juta per bulan. Sebagai sampingan, ia menjadi agen asuransi
mobil Garda Oto. Istrinya, Meliana Anggraieni—biasa disapa
Rani—pegawai negeri juga di kantor DPRD dan memberikan les bahasa
Inggris di luar jam dinas. Dengan penghasilan yang "bisa diukur" itu,
keluarga ini gemah ripah loh jinawi. Mereka punya sebuah rumah seharga
Rp 3 miliar di Kelapa Gading Park View, sebuah apartemen di lantai 11
Blok I-A Cempaka Mas, satu mobil Honda Jazz, satu Kijang Innova 2008,
dan tiga sepeda motor.

Padahal Gayus sendiri baru berkarier sepuluh tahun. "Begitu lulus dari
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, dia langsung bekerja di Ditjen
Pajak," kata Raditya, 27 tahun. Lulusan STAN 2000 ini memang terkenal
pintar. Menurut salah satu seniornya di STAN, Gayus pintar membaca
laporan keuangan dibanding teman-teman seangkatannya di Direktorat
Jenderal Pajak.

Dengan kepandaian itulah Gayus aktif menawarkan diri membantu wajib
pajak membereskan persoalan pajaknya. Dengan kepandaian itu pula, pada
2002, Gayus ditempatkan sebagai pelaksana petugas pajak yang mengurusi
keberatan pajak dan banding di large tax officer, yaitu kantor pajak
yang khusus mengurusi wajib pajak kakap.

Lahir pada 9 Mei 1979 di antara lima bersaudara, Gayus menghabiskan
masa kecilnya di Jalan Warakas I Gang 23, RT 11 RW 8, Kelurahan
Papanggo, Jakarta Utara. Ayah Gayus, Amir Syarifudin Tambunan, adalah
pelaut dan almarhumah ibunya, Chairiyah, ibu rumah tangga. Sejak ramai
diberitakan, Gayus tak pernah terlihat lagi. Rumahnya di Kelapa Gading
Park View, Jalan Puspa 3 Blok ZE 6 Nomor 1, tidak ada yang menunggu.

Pagar cokelat di depan rumahnya memang terbuka, tapi pintu garasi dan
semua pintu rumah terkunci rapat. Gayus membeli rumah itu seharga Rp 3
miliar dari Garwati pada 22 Agustus 2008. Rumah itu pernah sekali
direnovasi, pada Desember 2008 - Mei 2009, dengan biaya sekitar Rp 400
juta. "Tapi itu sudah lama," kata Ignatius Wibowo, desainer interior
yang pernah mendandani rumah Gayus. Rumah lama Gayus di Jalan Warakas
juga kosong. Bahkan, menurut seorang tetangga, Kholil, rumah itu sudah
tidak ditinggali lagi.

"Sudah lima tahun mereka pindah dari sini," kata pria 40 tahun itu.
Kini Gayus bak sosok jadi-jadian. Tiga nomor
telepon selulernya membisu. Di kantornya, Gedung Kantor Pajak Pusat,
Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, sudah beberapa hari Gayus tak
muncul.

Cheta Nilawaty, Sofyan
http://www.tempointeraktif.com/khusus/selusur/pajak.gayus/page07.php

No comments:

Post a Comment